Mengenal Jenis-jenis kesenian tradisional Bima
Alat-alat musik tradisional Bima terbagi atas 5 jenis, yaitu :
Pada masa kejayaan kesultanan Bima berbagai macam kesenian diciptakan.antara lain :
- Seni Musik dan Sastra
- Seni Tari
- Alat-alat musik tradisional
- Permainan Rakyat
Pada masa kesultanan Bima dan Dompu, seni budaya islam berkembang pesat
di daerah Bima dan Dompu. Jenis seni musik islam yang sangat digemari
oleh masyarakat ialah " jiki " (dzikir), terdiri dari :
- Jiki Molu (dzikir maulud), yang dinyanyikan pada upacara perayaan maulud (ndiha molu). Dinyanyikan oleh penyanyi laki-laki tanpa alunan music.
- Jiki rati, dinyanyikan pada upacara pernikahan, khitanan dan khataman Al Qur’an tanpa diiringi oleh musik.
- Jiki Molu (dzikir maulud), yang dinyanyikan pada upacara perayaan maulud (ndiha molu). Dinyanyikan oleh penyanyi laki-laki tanpa alunan musik.
- Jiki Kapanca, yang dinyanyikan pada upacara pernikahan dan khitananan.
- Jiki Marhaba, pada masa kesultanan setiap perayaan islam antara lain aru raja to’i (idul fitri), aru raja na’e (idul adha) dan upacara Ua Pua selalu dimeriahkan oleh pegelaran seni islam seperti jiki marhaba yang berisi pujian terhadap keagungan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
- Jiki tua, dinyanyikan oleh tokoh agama dan adat, diiringi oleh music arubana (rebana).
- Jiki Qasida, sangat digemari di zaman kesultanan. Pada umumnya dilaksanakan setelah upacara tadarru pada malam hari.
- Jiki Hadra, dinyanyikan oleh penyanyi laki-laki diiringi dengan aluran musik arubana. Lazimnya diadakan pada upacara pernikahan.
- Rawa mbojo umumnya berisi syair tentang kerinduan pada kekasih, menceritakan tentang kehidupan yang susah, penyemangat, pemandangan yang indah, pujian kepada Allah dan Rasul. Sayangny, akhir-akhir ini rawa mbojo sudah tidak banyak dinyanyikan oleh masyarakat bima. Ada beberapa yang hampir punah.Rawa mbojo adalah warisan budaya leluhur masyarakat bima. Biasanya diiringi oleh alunan musik biola dan gambo. Rawa mbojo berisi pantun-pantun yang kocak dan menghibur. Rawa berarti “nyanyian” dalam bahasa bima. Rawa mbojo ditampilkan dibeberapa acara seperti upacara pernikahan tapi kadang juga dimainkan di ladang untuk menyemangati para petani dalam bekerja. Beberapa jenis rawa mbojo yang dibagi sesuai dengan irama (ntoko) dan pantun lagu (patu rawa) yaitu, Ntoko Sera, Ntoko Tambora, Ntoko Lopi Penge, Ntoko Dali, Ntoko Haju Jati, Ntoko Kanco Wanco, Ntoko Salondo Reo dan Rindo, Ntoko Jiki Maya, Teke Mpende, Sajoli, E’aule, Tembe Jao Gaomba, dan masih banyak lagi.Rawa mbojo umumnya berisi syair tentang kerinduan pada kekasih, menceritakan tentang kehidupan yang susah, penyemangat, pemandangan yang indah, pujian kepada Allah dan Rasul. Sayangny, akhir-akhir ini rawa mbojo sudah tidak banyak dinyanyikan oleh masyarakat bima. Ada beberapa yang hampir punah.
- Biola Katipu Seni musik ini yang lebih dikenal dan digemari oleh masyarakat bima sekarang. Seni musik yang mulai berkembang tahun 2000 an ini dinyanyikan dengan iringan musik biola, katipu (ketipung), gitar bass, gambo (gambus), daf dan rawa mbojo. Biola katipu adalah perpaduan rawa mbojo dan musik dangdut. Biola katipu sangat bagus karna membawa jenis musik baru kepada masyarakat bima. Namun patut disayangkan karena lagu ini banyak yang kurang mendidik.
- Kande adalah sejenis puisi yang digubah untuk acara pelantikan Sultan dan pejabat tinggi kesultanan. Kande berisi doa kepada Allah agar sultan dan para pejabat tinggi menjalankan tugasnya sesuai dengan ajaran Islam dan berpedoman kepada Allah dan Rasul. Kande tidak dibawakan oleh sembarang orang tetapi oleh Gelarang Ngali, Sape, dan Gelarang Ndano.Namun lagi-lagi disayangkan sedikit sekali tokoh bima yang bisa membawakan puisi ini karena itu puisi ini bisa dikatakan sudah punah dari bumi mbojo.
- Seni Tari,Seni tradisional Bima dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Mpa’a Asi (Tarian Istana) dan Mpa’a Ari Mai Ba Asi (Tarian di luar istana) atau biasanya disebut juga Tarian Rakyat. Tarian istana terdiri dari Tari Siwe (Tarian Perempuan), yaitu mpa’a lenggo (lenggo mbojo), toja, lengsara, katubu dan karaenta. Dan Tari Mone (Tarian Laki-laki), yaitu kanja, sere, soka, manca, lenggo mone (lenggo melayu) dan mpa’a sampari. Adapun Tarian Rakyat adalah mpa’a sila, gantao, dan buja kadanda. Tarian Rakyat menunjukkan sisi kekuatan laki-laki sehingga tidak ada penari perempuan dalam tarian rakyat. Beberapa dari tarian istana dan tarian rakyat masih eksis namun banyak juga yang jarang dimainkan oleh masyarakat bima sehingga terancam punah,seperti kareku kandei.
Alat Musik Tradisional Bima
Alat-alat musik tradisional Bima terbagi atas 5 jenis, yaitu :
- Alat musik ufi (tiup)
- Alat musik bo-e (pukul)
- Alat musik kobi (petik)
- Alat music toke (dipukul dengan alat pemukul)
- Alat musik ndiri (gesek)
Alat musik ufi adalah Silu. Silu adalah jenis alat musik aerofon tipe
hobo, karena silu memiliki lidah lebih dari satu. Lidah pada silu
terdiri dari 4 lidah. Silu tebuat dari kayu sawo, perak, dan daun
lontar. Saat ini, menemukan silu dan peniup silu sangat langka. Salah
satu alat musik yang terancam punah adalah Sanore. Sanore adalah salah
satu jenis alat musik tiup. Menurut jumlah lidahnya sarone termasuk tipe
clarinet karena jumlah lidahnya hanya satu. Seperti halnya Silu sarone
pun terancam punah karena tidak ada generasi penerus yang bisa meniup
sarone.
Alat musik bo-e adalah Arubana. Arubana atau Rebana ini dikenal
masyarakat seiring masuknya Islam di Bima. Di Lombok rebana digunakan
untuk mengiringi Tari Rudat. Sedangkan di Bima, arubana digunakan untuk
mengiringi jiki (dzikir) dan tari hadrah.
Alat musik kobi adalah gambo (gambus). Gambo adalah alat musik berdawai
tapi tidak berlekuk seperti gitar. Gambo termasuk alat musik golongan
kordofon jenis lud. Gambo terbuat dari kayu, kulit kambing, dan senar
plastik.
Alat musik toke adalah Genda. Hampir semua aktifitas instrument musik
Bima menggunakan Genda. Genda adalah jenis musik perkusi. Bahan untuk
membuat genda adalah kayu, rotan, dan kulit kambing.
Alat musik Ndiri (alat musik gesek) contohnya adalah biola mbojo. Biola mbojo
umumnya digunakan untuk mengiringi rawa mbojo dan biola katipu.
Permainan Tradisional
Ada beberapa permainan tradisional Bima, yaitu Tapa Gala, Ncimi Kolo,
Songko Janga, dan Tutu Kalikuma. Tapa gala masih dimainkan oleh
anak-anak kecil di Bima.Sedangkan Ncimi kolo, Songko janga dan Tutu kalikuma sudah jarang
bahkan ditinggalkan oleh anak-anak kecil di Bima.Keadaan ini sangat
memprihatinkan karena permainan-permainan rakyat yang sudah menjadi
tradisi terlupakan dan ditinggalkan karena anak-anak beralih pada
permainan modern.Adapun permainan Tutu kalikuma adalah permainan yang cukup terkenal
di era 70 an. Nama permainan ini diambil dari nama judul lagu pengiring
permainan ini. Diberi nama tutu kalikuma karena kepalan tangan anak-anak
yang tersusun terlihat seperti keong.Sedangkan mpa’a songko janga
adalah pernainan menebak lawan yang tertutup sarung yang terliaht
seperti sangkar ayam.Dan pemain disuruh berkokok seperti ayam agar
memudahkan menebak lewat suara.Lazimnya permainan ini dimainkan malam
hari untuk menemani ibu atau saudara perempuan yang sedang
menenun.Permainan-permainan ini sudah jarang ditemukan di Bima.
0 komentar:
Post a Comment